Selasa, 03 Mei 2011

Media Kultur Jaringan

  Medium kultur jaringan harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan, yaitu : garam garam mineral sumber unsur unsur makro (C, H, O, N, P, K, S Ca, Mg), garam garam mineral sumber unsur mikro (Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B, Mo), gula sebagai sumber energi, mio inositol, vitamin, dan zat pengatur tumbuh.
  Medium tersebut dapat berupa larutan (cair) dan dapat pula berupa padatan. Medium cair berarti campuran zat zat kimia dengan air suling (aquadest), sedangkan medium padat adalah medium cair ditambah dengan agar sebagai zat pemadat.

  Unsur unsur makro maupun mikro biasanya diberikan dalam bentuk senyawa. unsur makro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah yang relatif banyak. Unsur N dalam medium kultur jaringan berfungsi untuk membentuk protein, lemak dan hijau daun (klorofil) ; unsur P untuk membentuk senyawa DNA dan RNA ; unsur K memperkuat tubuh tanaman, memperlancar metabolisme dan memperlancar penyerapan makanan ; unsur S berperan dalam pembentukan asam amino dan vitamin ; unsur Ca berperan menyusun dinding primitif, mengatur permeabilitas membran ; unsur Mg berperan dalam pembentukan klorofil, pembentukan karbohidrat dan lemak, vitamin
  Unsur mikro adalah unsur hara yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit. Unsur Fe biasanya diberikan dalam bentuk dan  berfungsi sebagai penyangga kestabilan pH medium dan berperan dalam pembentukan klorofil ; Mn berperan sebagai aktivator enzim ; unsur Zn berperan sebagai aktivator enzim dan penyusun klorofil ; unsur Cu berperan sebagai bagian enzim fenolase, laktase, dan askorbat aksidase ; unsur B berfungsi dalam translokasi karbohidrat, sebagai aktivator dan inaktivator zat pengatur tumbuh ; Cl berperan sebagai ion yang berpengaruhterhadap aktivitas enzim ; Mo berperan dalam membentuk enzim reduktase, sintesis asam askorbat dan ikut dalam metabolisme fosfor.
  Komponen terbesar dalam medium adalah air mencapai 90%. Agar swallow yang dijual di pasaran diberikan sebagai pemadat dengan konsentrasi 0,6 – 0,8% (8gr). Gula sangat penting diberikan sebagai sumber energi sebab pada awal masa pertumbuhan dan perkembangan tanaman belum mampu melaksanakan proses fotosintesis. Mio inositol dalam medium bertujuan untuk membantu diferensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan. Vitamin juga terkandung dalam bentuk tiamin dan piridoksin. Fungsi tiamin untuk mempercepat pembelahan pada meristem akar dan sebagai koenzim dalam menghasilkan dan memindahkan energi.
  Penelitian terdahulu mengenai induksi kalus Centella asiatica dengan menggunakan medium MS menunjukkan bahwa kalus dapat terinduksi pada kisaran hari ke-18 dan 22 (Arekar & Barve 2005). Selain itu pada penelitian Patra dkk (1998) menunjukkan bahwa warna kalus berubah menjadi cokelat setelah 4 minggu penanaman. Oleh karena itu, penggunaan medium B5 padat pada penelitian ini diharapkan mampu untuk menginduksi kalus dari eksplan tangkai daun Centella asiatica serta memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan medium MS. Selain itu penggunaan medium B5 disebabkan karena medium B5 memiliki kandungan vitamin yang lebih tinggi dibandingkan dengan medium MS.
 Faktor Lingkungan
a)      Suhu
     Read (1990) menyatakan bahwa faktor suhu berpengaruh secara langsung terhadap oerkembangan sel dan jaringan, pembentukan organ tanaman, dan berkaitan erat dengan siklus perkembangan tanaman yang berada di bawah pengaruh enzim. Peranan suhu lebih kritis pada kultur in vitro daripada kultur in vivo. Hal itu dikarenakan sifat jaringan yang peka dan kurangnya mekanisme perlindungan terhadap jaringan tersebut.
     Kultur in vitro membutuhkan suhu lingkungan yang relatif stabil dengan kisaran 22-28 C (Pierik 1987), meskipun pertumbuhan masih dapat terjadi pada suhu di bawah 20 C (Gamborg & Shyulk. 1981). Namun demikian suhu optimal yang dibutuhkan bagi setiap spesies tumbuhan tidak selalu sama (George & Sherrington. 1984)
b)      PH Media
Derajat keasaman yang umum untuk medium kultur in vitro adalah sekitar 5,5-5,8 (Gunawan. 1987). Derajat keasaman medium dapat mempengaruhi fungsi membran sel dan pH dari sitoplasma. Selain itu pH juga dapat mempengaruhi efisiensi pembekuan agar (Gunawa. 1987)
c)      Cahaya
     Cahaya terutama sekali panjang gelombang, kerapatan flux dan fotoperiodesitas sangat penting artinya bagi pertumbuhan dan morfogenesis tanaman pada kultur in vitro. Meskipun demikian, peranan cahaya tidak terlalu penting pada fotosintesis in vitro dibandingkan dengan fotosintesis in vivo. Laju fotosintesis pada kebanyakan bahan tanaman yang dikulturkan secara in vitro relatif rendah karena kultur tersebut sangat tergantung pada suplai sukrosa dari luar (dari medium). Oleh karena itu, pentingnya cahaya di kultur jaringan terletak pada pengaruhnya terhadap fotomorfogenesis bukan terhadap fotosintesis (George & Sherrington, 1984).
     Menurut (George & Sherrington, 1984), pertumbuhan in vitro jaringan tanaman yang telah terorganisasi pada umumnya tidak mengalami hambatan karena cahaya, bahkan cahaya seringkali dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sebaliknya, inisiasi pembelahan sel pada eksplan dan pertumbuhan jaringan kalus kadang kadang mengalami hambatan dengan adanya cahaya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar