Selasa, 03 Mei 2011

Teori teori belajar

        Menurut Slameto (2003 : 2) : “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan ligkungannya”.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etiomologis belajar memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.
Menurut Fudyartanto (2002) : “Belajar ialah suatu usaha untuk mencapai kepandaian atau ilmu yang belum dipunyai sebelumnya. Sehingga dengan belajar itu manusia menjadi tahu, memahami, mengerti, dapat melaksanakan dan memiliki tentang sesuatu”.
Menurut Morgan, dkk (1986) yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dkk ini senada dengan apa yang dikemukakan para ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetik atau respons secara alamiah, kedewasaan, atau keadaan organisme yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya (Soekamto & Winataputra, 1997).
Menurut Vygotsky (Elliot, 2003 : 52) : “Belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya” .
Menurut Crombach : “Belajar itu diwujudkan oleh adanya perubahan tingkah laku, perbuatan sebagai hasil pengalamannya (“Learning is show by an habit in behavior as result of experience”)”. (Dewa Ketut Suharti, 1983 : 16)
Menurut Skinner : “Belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun”. (Dimyati dan Mudjiono, 2002 : 9)
Menurut T. Raka Joni : “Belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman dan perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh proses menjadi dewasanya seseorang atau perubahan instinktif atau bersifat temporer”.
Menurut Lester D Crow dan Alice Crow : “Belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, pengetahuan dan sikap”. Hal ini berarti belajar merupakan suatu proses di mana seseorang mengalami perubahan edukatif, sehingga dari tidak tahu menjadi tahu. (Rustyah, Nk, 1986 : 141)
Menurut Howard L. Kongsley : “Belajar sebagai proses di mana tingkah laku berubah melalui praktek atau latihan”. (Warty Soemanto, 1987 : 99)
Menurut Robert M. Gagne : “Belajar sebagai perubahan yang ditampilkan seseorang setelah ia mengalami situasi belajar”. Perubahan itu dapat berupa keterampilan, pengetahuan, cita-cita, kebiasaan dan sikap. (Slameto, 2003 : 2)
Menurut Piaget : “Belajar adalah suatu pengetahuan yang dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan”. (Dimyati dan Mudjiono, 2002 : 13)
Menurut Thursan Hakim (2005 : 1) : “Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku, seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan lainnya”.
Menurut M. Sobry Sutikno (2007 : 5) : “Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sesorang terhadap sesuatu, situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi”.
Menurut Galoway : “Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi dan faktor-faktor lain berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya”. (Toeti Soekamto, 1992 : 27)
Menurut Hilgard dan Bower : “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya)”. (Purwanto, 2006 : 84)
Menurut Munadir “Belajar sebagai perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh proses perubahan, dan perubahan itu dapat diamati dalam bentuk perubahan tingkah laku yang dapat bertahan selama beberapa periode waktu”. (Wingkel.W.S. 1996 : 36)
Menurut Nana Sudjana (1989 : 28) : “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan itu dapat dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti bertambahnya pengetahuan, semakin kuat daya penerimaan dan reaksinya serta aspek lain yang ada pada individu yang bersangkutan.
Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut, (Wrag, 1994) :
1.      Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang disengaja atau direncanakan oleh pembelajar sendiri dalam bentuk suatu kreativitas tertentu. Aktivitas ini menunjukkan pada keaktifan seseorang dalam melakukan kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin baik, bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang semakin tinggi. Sebaliknya meskipun seseorang dikatakan belajar, namun bilamana keaktifan jasmaniah dan mental rendah berarti kegiatan belajar tersebut tidak dilakukan secara intensif.
2.      Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia, atau obyek-obyek lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesutau yang pernah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya interaksi.
3.      Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu perubahan yang diamati. Akan tetapi juga tidak selalu perubahan tingkah laku yang dimaksudkan sebagai hasil belajar tersebut dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan perubahan-perubahan motorik.
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar menjadi ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk lain. (Gredler, 1994 : 1)
Menurut Teori Behaviorisme (2009 : 39) belajar adalah perubahan tingkah laku. Ciri yang paling mendasar dari aliran ini adalah bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigm S-R (Stimulus Respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap sesuatu yang datang dari luar.
Implementasi penerapan prinsip-prinsip teori behaviorisme yang banyak digunakan di dalam dunia pendidikan adalah (2009 : 42) :
a.       Proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila peserta didik ikut berpartisipasi secara aktif.
b.      Materi pelajaran dikembangkan di dalam unit-unit dan diatur berdasarkan urutan yang logis sehingga peserta didik mudah mempelajarinya.
c.       Tiap-tiap respons perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga peserta didik dapat segera mengetahui apakah respons yang diberikan sudah sesuai dengan yang diharapkan atau belum.
d.      Setiap kali peserta didik memberikan respons yang benar perlu diberi penguatan. Penguatan positif terbukti memberikan pengaruh yang lebih baik dari pada pengutan negatif.
Menurut Teori Kognitivisme (2009 : 44) belajar diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman ini tidak selalu dapat dilihat sebagaimana perubahan tingkah laku.
Dari pengertian-pengertian mengenai belajar tersebut secara umum dapat dikatakan belajar ditunjukkan oleh adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut merupakan hasil dari latihan yang dilakukan secara berulang-ulang.
v  Prinsip-prinsip Belajar
Davies (1991 : 32), mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :
1.      Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajari sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.
2.       Setiap belajar untuk tempo (kecepatannya) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi dalam kecepatan belajar.
3.      Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan.
4.      Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.
5.      Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.
Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru para siswa berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar